Kelompok usaha milik Sukanto Tanoto yang bernaung dalam Royal Golden Eagle (RGE), berpengalaman dalam pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Dua unit usaha RGE yaitu APRIL Grup dan Asian Agri merupakan perusahaan yang memiliki pengalaman panjang dalam mengelola sumber daya yang bertanggung jawab. Kedua perusahaan ini memiliki kebijakan tentang anti pembakaran lahan. Hal ini, sesuai dengan nilai bisnis RGE mengharuskan untuk selalu berkesinambungan, selain itu bermanfaat untuk masyarakat, pelanggan, negara, iklim dan perusahaan.
APRIL Group sangat berkomitmen untuk memerangi perambahan ilegal dan penggundulan hutan High Consevation Value (HVC) di daerah konsensi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap revolusi praktik perlindungan – produksi dari perkebunan mosaik yang melibatkan interpersing hutan tanaman dengan hutan HCV serta perkebunan dengan konsep cincin yang melibatkan perimeter perlindungan hutan di sekitar HVC hutan. Tidak hanya itu, ia juga melibatkan ahli dalam pengelolaan air di lahan gambut.
Pendiri RGE, Sukanto Tanoto dalam diskusi di World Economic Forum (WEF) 2016 yang di moderatori oleh mantan Perdana Menteri New Zealand Helen Clark, berdiskusi mengenai  perlindungan produksi dan peningkatan metodologi pengolahan lahan APRIL Group.
Kelompok bisnis RGE memiliki kombinasi langkah yang sudah sangat berpengalaman serta baru saja diadopsi untuk pendekatan pengolahan lahan. APRIL Group dan Asian Agri memiliki kebijakan tentang anti pembakaran dan penggunaan mesin. Kedua perusahaan ini juga melibatkan komunitas untuk menjadi pelopor kepada masyarakat tidak melibatkan pembakaran dengan arahan alternatif land clearing.
Pendekatan lanskap APRIL Group bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan, masyarakat, pemerintah, bisnis, dan ekonomi. Untuk itu perusahaan ini berfokus pada konservasi, restorasi, pengelolaan air, peningkatan sosial ekonomi, dan pencegahan kebakaran.
Perusahaan RGE juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi kontributor independen dan mandiri untuk keluarga, masyarakat, dan ekonomi lokal. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan swasta juga dapat menjadi bagian dari agenda nasional untuk mengurangi angka kemiskinan dan melakukan urgensi bisnis yang khas.